Berbicara tentang Pendidikan Kejuruan di Jepang harus dimulai ceritanya sejak pasca PD II. Sebagaimana di Indonesia, pendidikan kejuruan saat masa perang tidak saja diberikan di tingkat sekolah menengah, tetapi sudah dimulai dari SD. Mata pelajaran sanggyou (bekerja di industri) adalah sebuah jalan untuk memberikan keterampilan yang memadai kepada siswa-siswa tentang praktek industri sebenarnya. Kegiatan ini kemudian mulai dihapuskan dan pendidikan kejuruan semuanya dilakukan di sekolah dengan melengkapi fasilitas sekolah terutama sekolah kejuruan dengan mesin-mesin dan alat-alat sebagaimana di industri.
Apabila kita perhatikan esensi pendidikan di Jepang adalah pendidikan yang mengarah kepada kehidupan nyata. Barangkali sedikit berbeda dengan Barat yang mengutamakan pengembangan keilmuan dan teori. Banyak ilmu di Jepang lahir dari praktek dan kesulitan yang dihadapi di lapangan. Kemampuan untuk menjaga tradisi/budaya kerja, ketinggian mutu sebuah produk, dan kedisiplinan dalam bekerja adalah prinsip yang ditanamkan tidak saja di sekolah umum tetapi di sekolah kejuruan sekalipun.
Seperti yang saya saksikan saat menemani para bapak kepsek berkunjung ke SMK Meinan. Siswa-siswa dididik dengan peralatan yang sudah berumur 40-50 tahun untuk mempelajari basic/ilmu dasar tentang elektrik, las, dan kerja robot. Tentu saja sekolah ini juga tidak lupa memperkenalkan siswa dengan mesin-mesin terbaru yang dipakai di industri saat ini.
Tetapi apalah artinya sebuah mesin modern, jika siswa tidak memahami ilmu dasarnya. Demikian kesan yang saya tangkap dari penjelasan beberapa guru yang merupakan pakar di bidangnya. Keahlian mereka tidak diragukan sebab untuk menjadi guru SMK di Jepang, selain sertifikat umum sebagaimana guru yang lainnya, mereka juga diharuskan mengantongi sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang.
Karena sudah menguasai ilmu dasar dan prinsip penggunaan alat yang sebenarnya mirip dengan mesin dan alat di industri, maka lulusan SMK di Jepang tidak perlu ditraining secara khusus saat mulai bekerja di industri. Mereka hanya perlu mendapatkan pengarahan khusus tentang prinsip kerja perusahaan yang umum dilakukan di industri manapun di Jepang.
Di papan pengumuman SMK Meinan terdaftar sekitar 1200 lebih perusahaan yang menawarkan diri untuk menampung lulusannya. Sekitar 74% lulusannya langsung bekerja di industri sekitar SMK Meinan dan beberapa kota di Aichi. 24% lulusannya melanjutkan ke PT, dan 2 % sisanya menunggu masa bekerja atau usaha pribadi.
SMK Meinan membuka jurusan Permesinan, Listrik, IT,dan Kimia Industri. Keempat jurusan ini adalah bidang-bidang yang sangat dibutuhkan di Aichi yang merupakan provinsi dengan industri Toyotanya dan beberapa industri yang terkait dengannya.
Kami menyaksikan sebuah kursi roda yang sangat efektif dan mudah digunakan yang dibuat oleh seorang guru. Sayang saya tak membawa kamera, tetapi saya sempat mencoba kursi roda ini dan difoto oleh beberapa kepsek. Kursi roda ini telah dipasarkan dan merupakan benda berharga bagi orang tua yang semakin banyak jumlahnya di Jepang.
Siswa-siswa SMK Meinan juga berlomba menciptakan mobil balap baru yang dipertandingkan antar SMK se-Jepang. Kompetisi-kompetisi semacam ini berlangsung setiap tahun untuk menguji keahlian siswa SMK berdasarkan jurusannya. Misalnya SMK Meinan memenangkan perlombaan dalam bidang Kimia Industri, menganalisa kandungan air dan beberapa uji kimiawi lainnya.
Selain harus mendapatkan sertifikat lulusan SMK, siswa-siswa SMK Meinan juga harus mengikuti beberapa ujian untuk mendapatkan sertifikat keahlian, misalnya sertifikat tentang penggunaan bahan berbahaya, sertifikat tenga Quality Control, dll. Masing-masing ujian keahlian tersebut dilaksanakan dalam level yang berbeda-beda seperti halnya tes Bahasa Jepang misalnya, ada level 1, 2, 3, dan 4.
Kurikulum dibagi menjadi dua yaitu Mata Pelajaran Umum dan Mapel Kejuruan. Mata Pelajaran Umum misalnya untuk kelas 1 adalah sbb:
1. Bahasa Jepang (2),
2. Geografi (2),
3. Matematika 1 (3),
4. IPA terpadu (2)
5. Olahraga (2),
6. pendidikan jasmani (1),
7. Kesenian (Art) (2)
8. Bahasa Asing (Bhs Inggris) : Conversation (2)
9. Keterampilan (2)
Menarik untuk dipikirkan pengembangannya di Indonesia adalah SMK Meinan membuka beberapa course untuk masing-masing jurusan, yaitu misalnya di jurusan permesinan ada 3 course : Course untuk melanjutkan ke Peguruan Tinggi, Course untuk menekuni Keterampilan Mesin, dan Course Mechatronics (Mechanical and electronics Engineering). Dua course yang terakhir adalah course untuk mereka yang setelah lulus ingin langsung bekerja.
Siswa yang memilih course melanjutkan ke PT mendapatkan mata pelajaran untuk mengikuti ujian masuk PTN lebih banyak dibandingkan siswa-siswa yang memilih langsung bekerja. Karena pada kenyataannya ada 24% siswa yang meneruskan ke PT, maka SMK memang harus menyiapkan dan memenuhi keinginan siswa-siswa tersebut.
Pemilihan course tersebut dilakukan sejak kelas 2 awal. Di kelas 1 siswa-siswa diberi jam konsultasi khusus tentang minatnya ke depan.
Ada sebuah lagi pemandangan yang menarik yang mungkin belum diterapkan di SMK di Indonesia. Guru pembimbing untuk sebuah kegiatan praktikum biasanya 2 orang. Seorang guru menjadi guru utama yang menjelaskan teori sebelum praktek, dan seorang lagi sebagai asisten yang akan membantu siswa saat kegiatan praktek. Setelah kegiatan praktek, semua siswa harus membersihkan sendiri peralatan yang dipakainya, menaruhnya di kotak-kotak alat yang sudah ditentukan. Bersih tidaknya hasil kerja mereka merupakan persyaratan untuk dinyatakan telah menyempurnakan praktikum. Tetapi sekalipun seorang siswa telah membereskan pekerjaannya, dia tak dapat meninggalkan ruangan secara perorangan. Meninggalkan ruang praktek dilakukan secara bersama-sama, dan yang paling penting setelah siswa-siswa meninggalkan kelas, guru bertugas untuk mengecek kembali mesin-mesin dan alat-alat yang dipergunakan siswa apakah telah dikembalikan ke posisi semula.
Terakhir pada saat menjelang pulang semua siswa memegang alat kebersihan dan mulai mengepel lorong-lorong sekolah. Berkebalikan dengan di Indonesia yang petugas bersih-bersih kelas (piket kelas) bekerja pada sebelum jam pertama dimulai, di Jepang kegiatan bersih-bersih sekolah (bukan kelas saja) dilakukan oleh siswa dan guru pada akhir jam sekolah, sebelum pulang.
0 komentar:
Posting Komentar